Mistery hilangnya Kameramen Jejak petualang
Belakangan ini kembali mencuat ke jagad dunia maya kabar pilu Bagus m TRANS 7 ‘Jejak Petualang’ yang hilang sejak 17 tahun silam.Kru yang berhasil selamat, baru-baru ini mengurai kisah sedih perjuangan mereka bertahan hidup dari petaka di hutan Papua.Dengan tagar Menolak Lupa, video unggahan akun @Lang_id di platform Tiktok membeberkan kronologi peristiwa kelam tersebut terjadi.
Kejadian 17 tahun silam ini, menyisakan kesedihan bagi kru yang masih hidup. Seperti yang di bagikan Medina Kamil yang saat itu menjadi host program tersebut.
Media membagikan curhatannya ''060606 -060623'' rentang waktu sejak petaka itu terjadi. ''Sudah 17 tahun terlewati..Mas bagus pulaang toh!!! Kan janji mau ajak kulineran di Solo'' tulis Medina. Beberapa rekan kameramen lainnya juga menuliskan hal yang sama.Bagaimana tidak, program ini mengambil resiko yang cukup tinggi. Sebab, berhadapan dengan hutan Papua yang ganas dengan kondisi alam yang liar.Pengembaraan ini berlokasi di kawasan pedalaman Papua yang memboyong satu tim redaksi dokumenter reportase dengan beranggotakan sebanyak 9 orang. Terdiri dari Medina Kamil sebagai Host, Dody Johanjaya dan Wendy Muhammad Firman sebagai produser, Budi Kurniawan dan Bagus Dwi sebagai cameramen, disertai dengan tiga orang warga lokal yang memandu perjalanan.
Tercatat tim tidak lagi terendus keberadaannya sejak 6 Juni 2006. Dimana saat itu mereka sedang membuat program Jejak Petualangan. Tim produksi ini sedang menjalankan misi ekspedisi mempelajari kehidupan sosial masyarakat suku Kuroacita dan suku Asmat yang memakan waktu 50 hari lamanya.
Bagaimana tidak, program ini mengambil resiko yang cukup tinggi. Sebab, berhadapan dengan hutan Papua yang ganas dengan kondisi alam yang liar.Mereka hendak bertolak dari kediaman suku Asmat menuju Timika dengan mengendarai kapal long boat kayu. Saat diperjalanan menyusuri Laut Arafuru, terdapat banyak ombak yang menyapu dan cipratan air laut yang makin menggenang dalam awak kapal.Sekitar 2 jam berupaya menyingkirkan air, tiba-tiba dari arah belakang ombak besar menghantam kapal yang menyebabkan transportasi sederhana itu terbalik dan menjatuhkan tim tersebut ke dalam laut.
Saat itu mereka terpencar berupaya menyelamatkan diri masing-masing. Medina, Dody, Wendy, dan Firman terlempar jauh dari kapal sementara kameramen Budi dan tiga orang penduduk lokal berhasil menaiki kapal.Akhirnya Medina, Dody, Wendi, dan Firman hanyut tergulung dalam ombak besar yang membawa mereka melalang buana selama 24 jam. Sampai akhirnya mereka terdampar di suatu pulau kecil tak berpenghuni yang menuntut untuk bertahan hidup selama beberapa hari.BACA JUGA:Indikasi Korupsi Rp100 Miliar, Kejati Sumsel Tahan Mantan Direktur PTBA dan Dua Tersangka Lainnya
Selang beberapa hari Tim SAR berhasil menemukan dan mengevakuasi keempat orang tersebut. Kemudian saat proses pencarian kameramen Bagus Dwi dan tiga orang lokal yang dianggap dapat selamat karena berhasil menaiki kapal nyatanya membuahkan hasil yang nihil.
Sampai akhirnya keempat orang tersebut dinyatakan hilang tanpa jejak. Beberapa spekulasi menyebut, kameramen Dwi Bagus terluka parah setelah berjuang dari terperosok di jurang yang dalam.
Dengan peralatan seadanya Dwi Bagus disebutkan juga pernah berkomunikasi lewat radio komunikasi. Sayangnya, usahanya sia-sia. Setelah tersebar berita kehilangan tim produksi Jejak Petualang.
Tim SAR dan pihak berwenang melakukan pencarian bahhkan dengan teknologi yang canggih. Namun, hingga 17 tahun berlalu. Kameramen ini tidak pernah ditemukan.Ditilik secara harfiah, setiap profesi memanglah memiliki tanggung jawab beban dan risiko tersendiri dalam pekerjaannya. Tak terkecuali seorang jurnalis yang dituntut untuk melayangkan fakta yang terjadi di lapangan. Dalam kisah ini, kita dapat menarik benang merah betapa mulia dan penuh perjuangan seorang jurnalis.