Apa penyebab bullying


 Apa penyebab bullying

Bullying bisa memiliki berbagai penyebab yang kompleks dan beragam. Beberapa faktor yang dapat berkontribusi terhadap terjadinya bullying antara lain:

Perbedaan fisik atau penampilan: Perbedaan fisik seperti berat badan, tinggi badan, warna kulit, atau kecacatan tertentu dapat menjadi sasaran bully. Penampilan juga dapat menjadi faktor pemicu bullying.

Perbedaan sosial atau budaya: Perbedaan sosial seperti latar belakang etnis, agama, budaya, atau orientasi seksual dapat memicu perilaku bullying. Ketidaksesuaian dengan norma-norma kelompok juga dapat membuat seseorang menjadi sasaran.

Ketidakmampuan atau kelemahan: Anak yang dianggap lemah secara fisik, intelektual, atau emosional seringkali menjadi target bully. Mereka mungkin diintimidasi karena tampak mudah diperdaya atau tidak dapat membela diri.

Kehilangan kekuasaan: Beberapa pelaku bullying mungkin merasa tidak berdaya atau kehilangan kendali atas kehidupan mereka. Untuk mengatasi rasa tidak berdaya ini, mereka mungkin mencari kekuasaan dengan mempermalukan atau menyakiti orang lain.

Lingkungan keluarga yang tidak stabil: Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan keluarga yang tidak stabil, termasuk pengabaian, kekerasan, atau pelecehan fisik dan emosional, mungkin cenderung menunjukkan perilaku bullying.

Ketidakmampuan mengelola emosi: Beberapa individu yang terlibat dalam bullying mungkin tidak memiliki keterampilan yang memadai untuk mengelola emosi mereka dengan baik. Mereka mungkin menggunakan kekerasan atau intimidasi untuk mengekspresikan ketidakpuasan atau marah.

Pengaruh lingkungan sosial: Lingkungan sosial yang mempertontonkan atau membenarkan perilaku bully dapat mempengaruhi seseorang untuk terlibat dalam perilaku serupa.

Penting untuk diingat bahwa penyebab bullying tidak selalu berlaku untuk setiap situasi. Setiap kasus bullying memiliki faktor yang unik, dan faktor-faktor ini seringkali saling terkait satu sama lain.

Indonesia Peringkat Kelima Kasus Bullying pada Anak dan Remaja

Perundungan (Freepik)

Bullying atau perundungan potret nyata kehidupan masyarakat yang mengalami kegagalan untuk mendapatkan suatu kepercayaan diri. Di seluruh negara di dunia terjadi kasus bullying, sebagian besar pelaku maupun korbannya didominasi anak-anak dan remaja.

Tindakan bullying seolah mengakar dan menjalar tak berkesudahan. Indonesia juga tengah mengalami krisis kasus bullying yang terjadi di lingkungan sosial khususnya sekolah.  

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat adanya temuan kasus perundungan yang semakin meningkat kisaran 30-60 kasus per tahun. Bahkan, Indonesia menduduki peringkat kelima dalam kasus perundungan.

Menurut data Programme for International Students Assessment (PISA) anak dan remaja di Indonesia mengalami 15 persen intimidasi, 19 persen dikucilkan, 22 persen dihina, 14 persen diancam, 18 persen didorong sampai dipukul teman dan 20 persen digosipkan kabar buruk.

Tak hanya itu United Nation International Children’s Emergency Fund (UNICEF) mencatat bahwa Indonesia memiliki persentase tinggi terkait kekerasan anak. Bila dibandingkan negara Asia lainnya seperti Vietnam, Nepal maupun Kamboja, Indonesia menempati posisi yang lebih tinggi.

Dibutuhkan kerja sama antara orang tua, pihak sekolah, pemerhati anak dan masyarakat untuk menekan kasus bullying di Indonesia. Gerakan anti bullying harus dilakukan guna mencegah perundungan jadi suatu tindakan yang dilestarikan.

Post a Comment

Previous Post Next Post